ARQUIDIOCESISDGO — Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto menegaskan komitmen pemerintah dalam mempercepat penyebaran energi terbarukan.
Komitmen ini diwujudkan melalui pembangunan 80.000 unit panel surya (solar cell) yang akan didistribusikan ke Koperasi Desa Merah Putih di seluruh Indonesia.
“Sedang kita kaji bersama Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, di 80 ribu desa melalui koperasi yang berada di setiap desa. Nanti kita akan bangun 1-1,5 hektare panel surya untuk membuat desa menggunakan energi yang ramah lingkungan,” jelas Airlangga dalam acara Green Impact Festival 2025, Kamis (24/7/2025).
Program ini bertujuan menciptakan sumber daya energi yang mandiri, sekaligus mendukung sektor pangan, ekonomi kreatif, dan transisi menuju energi hijau serta biru. Langkah ini diambil sebagai respons atas perubahan iklim yang semakin ekstrem dan tidak dapat diprediksi, sehingga Indonesia harus bergerak cepat untuk mengurangi risiko bencana alam di masa depan.
Untuk diketahui, Presiden Prabowo Subianto secara resmi meluncurkan 80.000 Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih di Klaten, Jawa Tengah, pada Senin (21/7/2025). Peluncuran ini disebut sebagai momentum bersejarah dalam upaya memperkuat ekonomi kerakyatan berbasis gotong royong.
Prabowo menekankan, koperasi merupakan sarana penting untuk membangun kekuatan dari kelompok yang selama ini dianggap lemah dalam sistem ekonomi nasional.
Pembangunan Giant Sea Wall untuk adaptasi iklim
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1184996/original/073062800_1459171027-Tanggul_Garuda_Birds_Eye_View.png)
Selain itu, pemerintah juga sedang berusaha keras untuk mengatasi ancaman bencana yang berhubungan iklim.
“Pemerintah tengah membangun proyek raksasa yang bernama Giant Sea Wall yang melintang sepanjang 700 kilometer di laut utara jawa sebagai bagian dari upaya adaptasi terhadap dampak naiknya permukaan laut dikarenakan iklim.” Kata Airlangga.
Proyek ini menjadi bagian dari strategi besar negara dalam melindungi wilayah pesisir sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan.
Langkah ini tidak hanya berfungsi sebagai penghalang fisik terhadap air laut yang naik, tetapi juga akan dilengkapi dengan sistem pengelolaan air dan area konservasi yang mendukung ekosistem pesisir, seperti mangrove dan terumbu karang, guna menjaga keberlanjutan lingkungan serta keanekaragaman hayati.
Infrastruktur ini diharapkan dapat mengurangi risiko kerusakan pada pemukiman, lahan pertanian, dan infrastruktur vital lainnya di sepanjang pesisir utara Jawa
Komitmen Pemerintah Menjaga Akses Energi yang Adil dan Terjangkau
Untuk mencegah efek buruk gas rumah kaca, pemerintah Indonesia juga fokus pada pengurangan emisi melalui berbagai kebijakan dan kerja sama internasional.
Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan strategi transisi energi yang komprehensif menuju ekonomi hijau dan net zero emission, dengan target penurunan emisi sebesar 31,89% secara mandiri pada tahun 2030, dan hingga 43% dengan dukungan internasional.
Komitmen ini juga didukung dengan pembentukan Satuan Tugas Transisi Energi dan Ekonomi Hijau (Satgas TEH) yang bertugas mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan program percepatan transisi energi dan ekonomi hijau di dalam negeri.
Menko Airlangga juga mengingatkan pentingnya inovasi teknologi dan investasi di sektor energi bersih, termasuk pengembangan energi panas bumi dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang harus dilakukan dalam skala besar, yakni Gigawatt, guna membuka peluang industri baru yang berkelanjutan.
Ke depan, energi hijau akan menjadi pilar utama penopang ketahanan energi nasional sekaligus menjaga keseimbangan ekologis Indonesia.